Latar belakang:
sejak D.N. Aidit terpilih menjadi ketua PKI tahun 1951, ia dengan cepat
membangun kembali PKI yang porak-poranda akibat kegagalan pemberontakan tahun
1948. Usaha yang dilakukan D.N. Aidit berhasil dengan baik, sehingga dalam
pemilihan umum tahun 1955, PKI berhasil meraih dukungan rakyat dan menempatkan
diri menjadi satu dari empat partai besar di Indonesia, yaitu PNI, Masyumi, dan
NV.
Tampaknya PKI berkeinginan merebut kekuasaan melalui parlemen pada masa
Demokrasi Terpimpin. Di sarnping itu, mereka juga terlihat mempersiapkan diri
untuk mencapai tujuannya, yaitu berkuasa atas wilayah Republik Indonesia. Untuk
itu dibentuk biro khusus yang secara rahasia bertugas mempersiapkan kader-kader
di berbagai organisasi politik, termasuk dalam tubuh ABRI. PKI juga berusaha
memengaruhi Presiden Soekarno untuk menyingkirkan dan melenyapkan lawan-lawan
politiknya. Hal ini tampak dengan dibubarkannya Partai Masyumi, PSI, dan Partai
Murba oleh presiden. PKI juga berhasil memecah-belah PNI menjadi dua kelompok.
Upaya itu ditempuh oleh PKI dengan menyusupkan ir.Surachman (seorang tokoh PKI
) ke dalam tubuh PNI.Setelah PKI merasa cukup kuat, dihembuskan isu bahwa
pimpinan TNI Angkatan Darat membentuk Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta
terhadap Presiden Soekarno pada saat peringatan Hari Ulang Tahun ABRI tanggal 5
Oktober 1965. PKI juga menyebutkan bahwa anggota Dewan Jenderal itu adalah agen
Nekolim (Amerika Serikat atau Inggris). Tuduhan itu ditolak oleh Angkatan
Darat, bahkan Angkatan Darat langsung menuduh PKI yang akan melakukan perebutan
kekuasaan. Namun dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ABRI pada tanggal 5
Oktober 1965, puluhan ribu tentara telah berkumpul di Jakarta sejak akhir bulan
September 1965, sehingga dugaan-dugaan akan terjadinya kudeta semakin bertambah
santer.
Kronologi:
Menjelang terjadinya
peristiwa G3OS/PKI, tersiar berita bahwa kesehatan presiden mulai menurun dan
berdasarkan diagnosis dan tim dokter RRC ada kemungkinan Presiden Soekamo akan
lumpuh atau meninggal. Setelah mengetahui keadaan Presiden Soekarno seperti
itu, D.N. Aidit langsung mengambil suatu keputusan untuk memulai gerakan.
Rencana gerakan diserahkan kepada kamaruzaman (alias Syam) yang diangkat
sebagai Ketua Biro Khusus PKI dan disetujui oleh D.N. Aidit. Biro Khusus itu
menghubungi kadernya di kalangan ABRI, seperti Brigjen Supardjo, Letnan Kolonel
Untung Dari Cakrabirawa, Kolonel Sunardi dan TNI-AL, Marsekal Madya Omar Dani
dan TNT-AU dan Kolonel Anwar dan Kepolisian.
Menjelang pelaksanaan Gerakan 30 September 1965, pimpinan PKI telah
beberapa kali mengadakan pertemuan rahasia. Tempat pertemuan terus berpindah dan
satu tempat ke tempat yang lainnya. Melalui serangkaian pertemuan itu, pimpinan
PKI menetapkan bahwa Gerakan 30 September 1965 secara fisik dilakukan dengan
kekuatan militer yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalyon I
Resimen Cakrabirawa (Pasukan pengawal Presiden) yang bertindak sebagai pimpinan
formal seluruh gerakan.
Sebagai pemimpin dari Gerakan 30 September 1965, Letnan Kolonel Untung
mengambil suatu keputusan dan memerintahkan kepada seluruh anggota gerakan
untuk siap dan mulai bergerak pada dini hari 1 Oktober 1965. Pada dini hari
itu, mereka melakukan serangkaian penculikan dan pembunuhan terhadap enam
perwira tinggi dan seorang perwira pertama dan Angkatan Darat. Para perwira
Angkatan Darat disiksa dan selanjutnya dibunuh. Mereka dibawa ke Lubang Buaya,
yaitu satu tempat yang terletak di sebelah selatan pangkalan udara utama Halim
Perdana Kusuma. Selanjutnya para korban itu dimasukkan ke dalam satu sumur tua,
kemudian ditimbun dengan sampah dan tanah. Ketujuh korban dan TNI-Angkatan
Darat adalah sebagai berikut:
1. Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat atau Men
Pangad).
2. Mayor Jenderal R. Soeprapto (Deputy II Pangad).
3. Mayor Jenderal Haryono Mas Tirtodarmo (Deputy III Pangad).
4. Mayor Jenderal Suwondo Parman (Asisten I Pangad)
5. Brigadir Jenderal Donald Izacus Panjaitan (Asisten IV Pangad).
6. Brigadir Jenderal Soetojo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman / Oditur).
7. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean (Ajudan Jenderal A.H. Nasution).
Ketika terjadinya penculikan itu, Jenderal A.H. Nasution yang juga menjadi
target penculikan berhasil menyelamatkan diri setelah kakinya tertembak. Namun,
putrinya yang bernama Ade Irma Suryani menjadi korban sasaran tembak dan kaum
penculik dan kemudian gugur. Ajudan Jenderal A.H. Nasütion yang bernama Letnan
Satu Pierre Andreas Tendean juga menjadi korban. Sedangkan korban lainnya
adalah Pembantu Letnan Polisi Karel Satsuit Tubun. ia gugur pada saat
gerombolan yang berusaha menculik Jenderal A.H. Nasution. Pada waktu bersamaan,
G3OS/PKI mencoba untuk mengadakan perebutan kekuasaan di Yogyakarta, Solo,
Wonogiri dan Semarang. Selanjutnya gerakan tersebut mengumumkan berdirinya
Dewan Revolusi melalui RRI pada tanggal 1 Oktober 1965. Dewan Revolusi yang
dipancarkan melalui siaran RRI itu dibacakan oleh Letnan Kolonel Untung.
Sementara itu, Dewan Revolusi di daerah Yogyakarta diketuai oleh Mayor Mulyono.
Mereka telah melakukan penculikan terhadap Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel
Sugijono. Kedua perwira TNI-AD ini dibunuh oleh gerombolan penculik di desa
Kentungan yang terletak di sebelah utara kota Yogyakarta.
Dampak:
Dampak dari tragedi ini sangatlah besar bagi rakyat
indonesia. Semua orang menjadi tak percaya dengan PKI. Mereka selalu
mengucilkan PKI dimanapun. PKI dianggap musuh bersama oleh masyarakat maupun
pemerintah.dimana-mana terjadi bentrok antara masyarakat dengan PKI.
pemerintah juga sangat keras terhadap PKI. Setelah kejadian tersebut, pemerintah menggalakkan pasukan untuk memberantas PKI. PKI menurut pemerintahan orde baru adalah musuh yang berusaha menggantikan pancasila dengan ideologi komunis. Dengan pasukan pemberantasan PKI tersebut, kira-kira terdapat 2 juta anggota PKI yang berhasil ditumpass oleh pemerintah.
pemerintah juga sangat keras terhadap PKI. Setelah kejadian tersebut, pemerintah menggalakkan pasukan untuk memberantas PKI. PKI menurut pemerintahan orde baru adalah musuh yang berusaha menggantikan pancasila dengan ideologi komunis. Dengan pasukan pemberantasan PKI tersebut, kira-kira terdapat 2 juta anggota PKI yang berhasil ditumpass oleh pemerintah.
Selain itu, pemerintah juga mencoba memberikan kesan
buruk kepadsa komunis. Pemerintah bahkan memberikan film tentang gerakan 30
september ini. film ini akan memberikan kesan buruk kepada PKI dan membuat
masyarakat menjadi benci dengan PKI.
Kesimpulan:
gerakan 30
september adalah gerakan yang misterius menurut saya. Banyak versi yang
mengatakan siapa dalang atas kejadian tersebut. Namun yang menurut saya paling
sohih adalah teori yang mengatakan bahwa pelaku gerakan ini adalah PKI. Bagaimana
tidak? Mr.untung sebenarnya telah merencanakan ini sejak awal bulan september. Ia
menyusun pasukanya sendiri untuk menggulingkan soekarno dari kursi jabatanya. Pada
malam itu juga, ia memimpin 3 pasukannya yaitu pasukan pasopati,gatotkaca, dan
bimasakti. Yang mana ketiga pasukan tersebutlah yang mengeksekusi para jendral.
Kemudian, saat aidit,untung, dan para tokoh lainya tertangkap dan disidang,
mereka mengkaku bahwa merekalah yang bersalah dan akhirnya mereka dijatuhi
hukuman mati. Jadi, menurut saya, dalang dari gerakan 30 september ini adalah
PKI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar